Saturday, April 14, 2007

Anak-anak Nias


Sekolah di Gomo – Nias Selatan Mengenaskan

Gomo, 11 April 2007
Kecamatan Gomo termasuk wilayah Kabupaten Nias Selatan yang sebelumnya adalah bagian Kabupaten Nias dengan status otonom yang ditetapkan pada 25 Februari 2003 melalui UU no 9 Tahun 2003. Gomo sebagai pusat sejarah asal-usul peradaban di Pulau Nias ternyata menyimpan satu catatan yang mengenaskan dalam bidang pendidikan. Di Kecamatan yang terdiri dari 31 desa tersebut masih banyak gedung sekolah dasar yang terbuat dari papan yang sudah tua dan atap rumbia yang sudah bocor dan beralaskan tanah yang tidak rata.

Ironisnya lagi, di SD N 071216 Desa Lahusa Idanotae, murid SD kelas 1 sampai kelas 6 belajar dalam satu ruangan tanpa dinding penyekat. Bisa dibayangkan bagaimana sebanyak 390 orang anak-anak ini belajar dalam ruangan yang sama tanpa dinding penyekat. Sesuai dengan informasi yang diterima dari oknum Kepala SD N 071216, gedung sekolah sebelumnya telah rusak total karena gempa pada tahun 2005. Sampai saat ini belum ada yang membangun gedung pengganti, keadaan ini memaksa mereka untuk melaksaknakan kegiatan belajar mengajar di gedung yang terbuat dari papan bekas dan atap rumbia seadanya.

Lain halnya dengan Desa Lolosoni, desa yang letaknya sangat terisolir ini hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki sejauh 6 kilometer dengan menyusuri anak sungai dan bukit-bukit yang curam. Di desa ini terdapat satu SD persiapan Hilimagari Bukit Gabungan. Gedung SD yang terbuat dari papan seadanya ini hanya memiliki kursi-kursi dengan papan yang dipakukan ke batang-batang kayu yang di benamkan kedalam tanah. Keadaan kursi ini pun sudah berantakan dan banyak yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Papan tulis yang terbuat dari kayu tidak lagi berwarna hitam, bahkan dinding sekolah pun sudah berlubang dimana-mana. Tanah yang menjadi alas kelas pun sudah retak-retak dan jika turun hujan akan menjadi lumpur.

Jumlah murid yang sekolah di SD ini sebanyak 198 orang. Tenaga pengajarnya 1 orang pegawai negeri, 6 orang guru tidak tetap dan satu orang tata usaha. Namun menurut informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat, oknum kepala sekolah sudah lebih dari 2 bulan tidak pernah datang kesekolah. Lebih menyedihkan lagi, kadang-kadang anak-anak datang kesekolah tanpa ada guru yang mengajar. Penyebab jarangnya guru tidak tetap ini masuk mengajar adalah minimnya fasilitas yang ada dan gaji yang sangat kecil (rata-rata Rp 300.000/bulan), mereka digaji dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikelola kepala sekolah.

Sebanyak 7 Sekolah Dasar yang diamati oleh penulis di Kecamatan Gomo, tidak ada perpustakaan yang tersedia. Kebanyakan anak-anak disekolah belajar dengan menggunakan bahasa daerah, hanya sedikit yang bisa menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini karena terbatasnya media informasi, dan komunikasi yang menggunakan bahasa Indonesia. Padahal mereka adalah calon pemimpin masa depan wilayah ini. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemajuan intelektual mereka, karena ujian akhir untuk penilaian kelulusan pasti menggunakan soal-soal berbahasa Indonesia.

KOTIB menyediakan pendidikan tambahan dan memberikan nutrisi tambahan
Dengan latar belakang minimnya fasilitas pendidikan di Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. KOTIB dengan didukung oleh lembaga donor asal Jerman - The Johanniter Unfall Hilfe menyediakan Tempat Pendidikan Tambahan Gratis (TPTG) dan pemberian nutrisi tambahan di 5 desa, yakni Desa Lahusa Idanotae, Hilimbowo, Sirahia, Umbu dan Lolosoni.

Kelima TPTG ini dilengkapi dengan buku-buku umum dan buku-buku pelajaran, buku pelajaran tersedia dalam 2 kurikulum yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain buku-buku bacaan, TPTG ini juga dilengkapi dengan alat-alat bermain yang sederhana. Setiap TPTG sehari-harinya akan dikelola oleh 2 orang guru alternatif, yang siap membimbing setiap anak-anak yang datang diluar jam sekolah dengan tujuan belajar dan bermain bersama dan mengerjakan tugas dari sekolah formal.

Masyarakat umum juga dapat menggunakan TPTG ini untuk membaca buku-buku yang tersedia. Selain itu, TPTG ini juga akan digunakan untuk media informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, ekonomi dan kegiatan yang ada dimasing-masing desa. Kedepannya, TPTG ini juga akan difungsikan untuk mengurangi angka buta huruf bagi orang dewasa, sebagaimana diketahui, angka buta huruf masih tinggi di Nias Selatan.

Selain pendidikan tambahan, KOTIB juga akan memberikan nutrisi tambahan kepada anak-anak SD khusus kelas 1 dan kelas 2. Adapun nutrisi ini diberikan di 7 sekolah yang sudah ditentukan, yaitu SDN 076089 dan SDN 078467 didesa Hilimbowo, SDN 077300 didesa Sirahia, SDN 078445 didesa Umbu Idanotae, SD persiapan Hilimagari didesa Lolosoni, SDN 071216 dan SDN 078450 didesa Lahusa Idanotae.

Nutrisi tambahan ini diberikan dalam bentuk susu, bubur kacang hijau dan roti. Jumlah total anak-anak yang akan menerima nutrisi ini adalah sebanyak 860 orang, nutrisi ini diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama satu tahun dan sudah mulai diberikan sejak pertengahan bulan Maret 2007 yang lalu.
Selain program tersebut, KOTIB juga akan melakukan pelatihan-pelatihan ekonomi Credit Union kepada 100 orang masyarakat, memberikan pelatihan pertolongan pertama pada korban bencana alam dan juga akan memberikan bantuan paket perlengkapan sekolah kepada sebanyak 370 orang anak-anak yang akan memasuki sekolah dasar pada tahun ajaran baru 2007/2008.

Dengan program ini, KOTIB berharap semua pihak termasuk pemerintah untuk lebih memperhatikan dan memprioritaskan pembangunan dibidang pendidikan. Karena KOTIB akan selalu mempublikasikan temuan-temuannya dilapangan kepada publik melalui media cetak dan media elektronik. Mudah-mudahan dengan program ini pendidikan di Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan akan lebih maju dan generasi penerus akan lebih terperhatikan.